Tulisan oleh Adityar
Blogger & Social Media Enthusiast
***
Ketika membicarakan tentang teknologi, kita membicarakan tentang sesuatu yang tidak muncul begitu saja, melainkan sesuatu yang tumbuh dengan proses panjang dan berkelanjutan.
***
Teknologi sebagai perpanjangan manusia
Mari sejenak kita meninggalkan hingar bingar Facebook dan kembali jauh ke era Paleolitikum. Pada era ini, dapat kita temui teknologi ciptaan manusia dalam bentuk paling sederhana: sebongkah batu. Sebongkah batu yang diolah dengan kasar hingga ujungnya cukup lancip untuk kemudian digunakan dalam berburu.
Teknologi, menurut McLuhan adalah perpanjangan manusia itu sendiri. Dalam pengertian sederhana, kata extensions atau perpanjangan berarti perangkat yang digunakan manusia sebagai solusi atas keterbatasan organ-organ tubuh yang dimilikinya. Senjata batu di era Paleolitikum tadi misalnya, adalah perpanjangan tangan manusia yang digunakan untuk membunuh hewan buruan.
Begitu pula dengan teknologi bentuk lain. Teleskop adalah perpanjangan atas keterbatasan mata untuk melihat lebih jauh. Radio adalah perpanjangan atas keterbatasan mulut (suara) dan telinga (pendengaran). Batu, tongkat, teleskop, tulisan, radio, televisi, internet, dan sebagainya adalah contoh perpanjangan atas tubuh manusia yang dianggap lebih kuat, lebih keras, lebih luas, dan lebih efektif.
4 Titik Perkembangan Teknologi Komunikasi
Bordenstreng dan Varis (Bungin, 2009: 108) menggambarkan empat titik penentu utama dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu:
- Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia;
- Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia menggunakan bahasa
- Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya
- Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi hingga satelit
Gambar 1: Titik Penentu Sejarah Komunikasi Manusia |
McLuhan dalam teori determinasi teknologi-nya menyatakan bahwa budaya kita dibentuk oleh cara kita berkomunikasi. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, yang akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu membentuk atau memengaruhi kehidupan kita sendiri (Nurudin, 2009: 184). Penemuan bahasa, sistem tulisan, percetakan massal, dan komunikasi elektronik masing-masing telah mengubah cara manusia berkomunikasi satu sama lain yang berarti pula perubahan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Dalam pandangan John Dewey, masyarakat manusia bertahan berkat adanya komunikasi dan terus berkembang karenanya. Dengan komunikasi, manusia melakukan penyesuaian diri yang diperlukan, dan memenuhi berbagai tuntutan yang ada sehingga masyarakat manusia tidak tercerai berai. Melalui komunikasi pula manusia mempertahankan institusi-institusi sosial berikut segenap nilai dan norma perilaku, tidak hanya dari hari ke hari, namun juga dari generasi ke generasi. (Rivers, 2008: 33).
Masyarakat VS Teknologi. Siapa Membentuk siapa?
Dalam hal ini, saya mengamini uraian McLuhan bahwa teknologi memiliki kemampuan untuk membentuk individu cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi menuju abad teknologi yang lain. Namun hal ini tidak serta merta berarti bahwa manusia tidak dapat membentuk teknologi sebab pada awalnya, teknologi adalah ciptaan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tanpa manusia, smartphone tidak lebih dari sebongkah batu yang tidak dipergunakan.
Teknologi, menurut McLuhan, diciptakan oleh manusia dan pada suatu titik akan berbalik memengaruhi manusia itu sendiri. Toh pada awal penciptaannya, teknologi memang diperuntukkan untuk mengubah hidup manusia. Jika suatu teknologi gagal untuk mengubah hidup manusia, maka gagal lah ia sebagai teknologi.
Lebih lanjut tentang bagaimana teknologi, khususnya teknologi komunikasi dapat memengaruhi dinamika masyarakat akan saya uraikan lebih jauh pada poin di bawah ini:
Peranan Teknologi dan dalam Mengubah Masyarakat
Esten (1999: 27) mengemukakan bahwa kelangsungan hidup masyarakat etnis dengan segala tradisi mereka hanya bisa tetap bertahan jika lingkungan mereka tetap terisolasi. Apabila lingkungan alam mereka masih bisa mencukupi dan menghidupi warga masyarakat etnis yang bersangkutan, lahan pertanian masih tersedia, demikian juga perairan, atau hutan masih bisa mereka andalkan untuk mata pencaharian. Mobilitas penduduk hampir-hampir tidak terjadi. Sarana transportasi ataupun media komunikasi yang amat terbatas tidak memungkinkan mereka keluar (baik secara fisik maupun mental) dari “dunia” mereka.
Dinamika sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Dinamika sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara, dan dunia mengalami perubahan. Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, perubahan budaya materi (Bungin, 2009: 91).
Dinamika ini dapat terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berarti faktor yang datang dari dalam masyarakat itu sendiri. Dinamika dalam masyarakat dapat disebabkan karena kebutuhan atau penemuan (inovasi) yang kemudian diadopsi dalam suatu masyarakat. Faktor eksternal datang dari interaksi suatu masyarakat dengan individu dari luar masyarakat, atau dengan masyarakat yang lain.
Oleh karena itu, semakin sering komunikasi eksternal (komunikasi dengan pihak dari luar masyarakat) dilakukan, semakin besar pula kemungkinan dinamika sosial budaya itu terjadi. Internet bisa dibilang adalah sebuah loncatan yang memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap cara manusia berkomunikasi. Internet dan social media telah membawa masyarakat dari era komunikasi menjadi era interaksi global.
Digital Snapshot Indonesia. Sumber: http://wearesocial.com/ |
Menurut survey yang dilakukan WeAreSocial, jumlah pengguna aktif Internet di Indonesia mencapai 88,1 juta. Terkoneksi ke internet berarti turut menjadi bagian dari sebuah sistem komunikasi global, sehingga memungkinkan komunikasi yang lebih cepat dan luas. Semakin tinggi intensitas sebuah kelompok masyarakat melakukan komunikasi dengan kelompok masyarakat lain, maka kemungkinan terjadinya dinamika sosial masyarakat pun menjadi semakin besar.
Bisakah Teknologi Menyatukan Kita Semua?
Salah satu contoh sederhana untuk menggambarkan hal ini adalah dengan melihat pesatnya perkembangan sebuah budaya populer diadopsi oleh kelompok masyarakat pengguna internet. Setiap tahun, bermunculan tren-tren budaya pop yang ditiru oleh kelompok masyarakat dari berbagai belahan dunia.
PPAP - Salah satu video paling viral tahun 2016 |
Video musik Piko-Taro berjudul Pen-Pineapple-Apple-Pen (PPAP) menjadi viral dengan jumlah penayangan sebanyak lebih dari 81 juta kali dan telah direproduksi oleh banyak kalangan dari seluruh dunia, termasuk pula Indonesia. Kelompok masyarakat ini telah menunjukkan kesediannya untuk mengadopsi tren yang berasal dari luar kalangan mereka dan turut menjadi bagian dalam suatu fenomena global.
Internet telah berhasil mereduksi hambatan geografis dalam komunikasi. Marshall McLuhan menyebut fenomena ini sebagai Global Village. Dunia diibaratkan sebagai sebuah “kampung”, sesuatu yang terjadi di suatu wilayah dunia dapat langsung diketahui orang-orang di negara lain. Kondisi ini memungkinkan setiap individu dan masyarakat untuk lebih terlibat aktif dalam interaksi global, hal ini secara cepat maupun lambat akan berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat itu sendiri. Merupakan suatu hal yang wajar, apabila dalam suatu masyarakat yang berinteraksi dengan masyarakat-masyarakat lainnya, unsur masing-masing budaya dapat saling menyusup dan mempengaruhi yang pada akhirnya dapat mengubah bentuk kebudayaan itu sendiri.
Barangkali masih terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa teknologi, khususnya teknologi komunikasi akan membawa kita menuju sebuah komunitas global dan menciptakan satu kebudayaan global. Namun tidak menutup pula kemungkinan kita sedang menuju ke sana.
Mempertanyakan Netralitas Teknologi
Teknologi menurut saya tidak pernah netral. Teknologi pada awal penciptaannya adalah untuk menjawab kebutuhan dan keinginan manusia, atau paling tidak kebutuhan penciptanya sendiri. Oleh karena itu, teknologi akan selalu memihak kepada orang yang menciptakannya dan kepada orang yang mampu memanfaatkannya secara optimal.
Teknologi komunikasi sering dianggap sebagai salah satu faktor penyebab tergerusnya budaya tradisional masyarakat Indonesia oleh budaya pop sebab kuasa media memang tidak berimbang. Hal ini terjadi karena mereka yang berhasil memegang kuasa di balik teknologi informasi akan menjadi aktor yang mengarahkan isu dan tren, sedangkan sisanya harus bersiap-siap menghadapi tren yang dibawa oleh kalangan penguasa media.
***
REFERENSI
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
Rivers, William L, dkk. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana.
Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
Rivers, William L, dkk. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana.
Views: